Oleh: Reviandi
Semen Padang FC (SPFC) sedang berada di titik paling rendah dalam sejarah panjangnya. Klub kebanggaan Ranah Minang itu kini terpuruk di dasar klasemen BRI Super League 2025. Dari sepuluh pertandingan yang telah dijalani, hanya satu kemenangan dan satu hasil imbang yang diraih. Delapan sisanya berakhir dengan kekalahan. Hancur.
Kini, Minggu pukul 19,00 WIB, 9 November 2025, Kabau Sirah akan menghadapi pemuncak klasemen Borneo FC. Lawan yang sedang tak tersentuh — sembilan kali bermain, sembilan kali menang. Tak pernah imbang, apalagi kalah. Dalam situasi seperti ini, satu poin pun terasa seperti kemenangan besar. Namun keajaiban tak akan datang jika suasana di sekitar tim terus dipenuhi caci maki dan amarah.
Beberapa pekan terakhir, media sosial berubah menjadi arena penghakiman. Pemain dihujat, pelatih diserang, manajemen dicaci, sampai penasihat juga jadi sasaran. Seolah-olah semua kesalahan di lapangan harus dibayar dengan hinaan di dunia maya. Padahal, para pemain masih berjuang di tengah segala keterbatasan. Mereka mungkin belum sempurna, tapi mereka tetap bertarung.
Pelatih baru, Dejan Antonic, datang di saat badai sedang mengamuk. Ia tak punya waktu banyak, tak punya keleluasaan untuk menambah pemain, dan harus bekerja dengan skuat warisan pelatih sebelumnya. Dejan bukan pesulap, dan sepak bola bukan arena magic. Butuh waktu, butuh ruang, dan terutama — butuh dukungan.
Perubahan juga datang dari ruang manajemen. Seruan “Win OUT” yang menggema dari suporter akhirnya benar-benar terwujud. Win Bernadino hilang dari kursi CEO, digantikan oleh Hermawan Ardiyanto. Sosok baru ini datang membawa semangat baru, dengan tekad memperbaiki manajemen, keuangan, dan atmosfer di dalam tim. Langkah awalnya tentu tidak mudah, tapi Hermawan datang dengan niat membangun, bukan menyerah. Ia layak mendapat kepercayaan, bukan cercaan.
Sayangnya, sebagian suporter justru memilih menghujat. Padahal, klub ini sedang rapuh. Tekanan tambahan hanya akan memperparah keadaan. Kritik tentu boleh, tapi seharusnya disampaikan dengan cara yang membangun. Kritik tanpa empati hanya memperdalam luka.
GOR H. Agus Salim Padang kini tak lagi bergemuruh seperti dulu. Dari kapasitas 12 ribu penonton, hanya sekitar lima ribu kursi yang terisi. Sisanya kosong — mungkin karena kecewa, mungkin karena lelah berharap. Tapi cinta sejati justru diuji di masa sulit seperti ini. Mendukung saat menang itu mudah, tetapi tetap percaya saat kalah, itulah bukti cinta sejati.
Kita tidak bisa terus hidup dari romantisme masa lalu. Semen Padang FC di era kejayaannya dulu memang membanggakan, tetapi kini sudah saatnya menatap ke depan. Cukup sudah nostalgia tentang masa lalu yang indah. Sekarang waktunya menulis kisah baru — kisah tentang bertahan, bangkit, dan memperbaiki diri.
Duet Hermawan dan Dejan Antonic beserta semua elemen sedang bekerja keras. Mereka mungkin belum sempurna, tetapi mereka berani memulai dari titik nol. Mereka pantas diberi waktu dan ruang. Sebesar apa pun caci maki dilontarkan, tidak akan menambah satu poin pun di klasemen.
Soal pemain, mungkin semua bisa memberikan masukan. Soal striker yang “pakak” di depan gawang lawan. Soal bek yang seperti memberi jalan gol bagi lawan, itu semua adalah kondisi hari ini. Soal semangat tim yang seperti tak terlihat, terkesan malas-malasan mungkin juga kondisi hari ini. Semoga laga lawan Pesut Etam – julukan Borneo FC bisa menjadi peluang besar untuk comeback.
Berandai-andai menang, tiga poin. Semangat tim akan bangkit. Bisa naik posisi sedikit. Tapi seri juga tidak buruk. Kalah memang wajar, tapi sudah terlalu banyak. Pemain, pelatih, manajemen dan suporter harusnya jadi satu kesatuan. Menjadikan Semen Padang FC kembali sebagai tim menakutkan. GOR Agus Salim kembali jadi tempat angker tim lawan – bukan untuk penyumbang tiga poin mereka.
Sepak bola hidup dari dukungan dan semangat. Jangan caci maki, dukung saja Semen Padang FC. Karena di tengah gelapnya klasemen, secercah dukungan bisa menjadi cahaya pertama menuju kebangkitan Kabau Sirah. Saatnya berhenti menghukum dengan kata-kata. Saatnya kembali mencintai dengan doa dan dukungan. (jurnalis dan pendukung Semen Padang FC)














