LSI: Prabowo Unggul

reviandi

Oleh: Reviandi

Seperti yang banyak diprediksi orang sebelumnya, saat survei calon Presiden (Capres) digelar pascagagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, akan ada Capres yang terdampak. Karena, diduga karena sikapnyalah yang membuat federasi sepakbola dunia atau FIFA mengambil keputusan itu. Untung Indonesia tidak dilengkapi dengan sanksi berat, hanya administrasi saja.

Seperti yang diduga, Capres kader PDIP Ganjar Prabowo akan menerima dampak langsung dari sikap dan pernyataannya menolak Timnas Israel U-20 berlaga di Indonesia, meski beralaskan konstitusi bahkan membawa-bawa nama pendiri bangsa Ir Soekarno. Ganjar yang juga Gubernur Jawa Tengah dan I Wayan Koster, Gubernur Bali adalah dua kepala daerah yang terang-terangan menolak.

Sementara sang rival, Anies Baswedan meski tidak berani bicara apa-apa, tapi partainya, PKS juga menjadi yang terdepan menolak Timnas Israel U-20. Dampak terhadap Anies pun diperkirakan ada, meski sedikit. Meski tak sebanyak Ganjar yang terang-terangan menolak dan menjadi salah satu kambing hitam FIFA membatalkan tuan rumah, sekaligus keikutsertaan timnas Indonesia di laga empat tahunan itu.

Ya, pada Minggu (9/4) Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis tingkat elektabilitas sosok potensial capres pada Pemilu 2024. Hasilnya, elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menembus angka 30,3% di urutan teratas, disusul Gubernur Jateng Ganjar Pranowo 26,9 persen dan Eks Gubernur DKI Anies Baswedan 25,3 persen.

Survei dilakukan pada 31 Maret-4 April 2023 . Responden survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone, sekitar 83% dari total populasi nasional. Artinya, terjadi perubahan signifikan, meski LSI tak menyebut hanya melakukan survei sebatas gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Pilgub U-20.

LSI merilis survei nasionalnya terkait evaluasi publik terhadap lembaga penegak hukum, Piala Dunia U-20, aliran dana tak wajar di Kemenkeu, dugaan korupsi BTS Menkinfo dan peta politik terkini jelang Pilpres 2024. Memang, ada beberapa poin, tapi publik yakin, faktor Piala Dunia jadi yang utama.

Karena beberapa pekan ini, banyak yang menyangkutkan batalnya Indonesia ini dengan Pilpres 2024. Bahkan, ada yang sampai mencaci-maki para kandidat Pilpres, tidak akan memilih mereka, jika jadi mencalon. Karena, gara-gara dialah Indonesia kehilangan iven besar yang entah kapan akan terulang lagi. Bahkan, sebagai pembuka iven-iven yang lebih besar lagi.

Komentator olahraga beken Indonesia Justinus Lhaksana atau Coach Justin menyebutkan, FIFA memang telah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah. Bukan karena kasus Kanjuruhan, tapi lebih jelasnya karena penolakan terhadap Timnas Israel yang juga jadi peserta. Banyak yang memelesetkan karena kasus Kanjuruhan, dan Kochi – sapaan lain Justinus bilang, suruh lagi belajar bahasa Inggris yang benar.

Menurut Justin, Indonesia sangat rugi karena kegagalan ini. Pertama, tim yang telah dipersiapkan sejak 2020 oleh Shin Tae Yong tidak jadi nampil di Pildun U20 ini. Akibatnya, generasi pemain akan mengalami kegalauan dan kekecewaan besar. Selain itu, Indonesia juga menutup kemungkinan menjadi tuan rumah Piala Dunia senior yang diperkirakan bisa digelar di Indonesia 2034.

Kemarin, banyak yang menduga, elektabilitas atau tingkat keterpilihan Ganjar Pranowo akan tergerus pascamengeluarkan statemen penolakan terhadap Israel. Bung Ganjar menjadi kambing hitam “utama” dalam masalah ini. Meski, juga akan mendapatkan simpati dari orang-orang yang mendukung penolakan Timnas Israel berlaga di Indonesia. Namun, perbandingannya tidak seimbang, akan banyak yang meninggalkan Ganjar.

Prabowo seperti pandai dalam memainkan gelombang Pildun U-20 ini. Dia tidak terlihat atau terdengar sama-sekali berbicara soal hal ini. Prabowo paham, hal ini akan berdampak luas di Indonesia. Jadi, sejak awal, Prabowo dan Gerindra seperti hanya ingin mendukung Piala Dunia U20 digelar di Indonesia. Namun, tak mau menyinggung Israel yang turut serta di dalamnya.

Prabowo benar, dia memeroleh “keuntungan” dari kesalahan yang dilakukan Ganjar dan PKS yang mendukung Anies. Akhirnya, hal ini baru diketahui, ketika lembaga survei LSI merilis hasil kerja mereka. Prabowo bertengger di puncak, karena berpindahnya pendukung Ganjar dan sedikit pendukung Anies. Selama ini, Prabowo lebih banyak nangkring di posisi kedua setelah Ganjar.

Sebenarnya, pekan lalu Presiden Jokowi sudah memprediksi Prabowo dan Gerindra akan naik surveinya dalam waktu dekat. Dia membantah karena Prabowo sering ikut turun ke lapangan bersamanya. Tapi karena kerja keras Prabowo dan Partai Gerindralah hal itu terjadi. Bukan karena peran orang lain, apalagi Jokowi. Ternyata Jokowi benar.

Kini, Prabowo dan Gerindra sudah memberikan keterangan yang bijak soal kemenangan sementara di survei ini. Mereka meyakini itu karena kerja keras partai dan simpatisan Prabowo. Bukan karena tergelincirnya rival karena kasus Piala Dunia U-20. Prabowo memang sejak awal 2023 sudah banyak turun ke lapangan dan bertemu warga. Dengan atau tanpa Jokowi.

Semua kader, utamanya yang menjadi anggota DPR, DPRD dan kepala daerah diminta untuk terus menggemakan Prabowo Presiden di seluruh Indonesia. Menebar kenaikan dengan membawa lambang Gerindra. Tidak lagi hanya berdiam diri, tapi hadir di tengah-tengah masyarakat. Menjadi solusi atas kebutuhan masyarakat yang masih terdampak Pandemi Covid-19. Hasilnya mulai berdampak dengan Prabowo mengambil alih puncak klasemen sementara survei Capres 2024.

Kalau Prabowo dan Gerindra sedang senang-senangnya, tentu Ganjar dan Anies tidak akan tinggal diam. Apalagi PDIP meski masih di puncak klasemen, tapi persentasenya sudah di bawah 20 persen, atau hanya 17,7 persen saja. Tak jauh beda dengan Gerindra di angka 12,8 persen. Sementara Golkar 7,8 dan PKS 7,6. Di bawahnya Demokrat 5,4, PKB 4,4, NasDem 4,1 dan lainnya di bawah lagi.

Akan butuh kekuatan ekstra tim Ganjar dan Tim Anies untuk bergerak meninggikan survei jagoan mereka. Tidak berdiam diri dan hanya melihat Prabowo-Gerindra semakin membesar. Dan berpeluang membangun koalisi besar denhan poros Prabowo di depannya. Menjadi ancaman bagi partai dan kandidat lain di 2024.

Petinju kelas berat sepanjang sejarah Muhammad Ali mengatakan, “Saya benci setiap menit pelatihan, tetapi saya berkata, ‘Jangan berhenti. Menderita sekarang dan menjalani sisa hidupmu sebagai juara.” Anggaplah jelang Pileg dan Pilpres ini sebagai latihan jelang adu tanding sesungguhnya. Siapa yang bersiap lebih baik dan tak menyisakan kesalahan untuk rival, maka dialah juaranya. (Wartawan Utama)