Lebaran dan Memilih Gubernur

Mahyeldi Ansharullah
Mahyeldi Ansharullah, Gubernur Sumatera Barat saat ini.

Oleh: Reviandi

Sebentar lagi Lebaran Idul Fitri 1444 H, perantau banyak yang pulang kampung. Istilah sananya, mudik. Ada yang menyebut, sekitar dua juta perantau Minang akan pulang kampung di 19 Kabupaten dan Kota yang ada di Sumbar. Jumlah itu tentu sangat banyak, bisa 30 persen dari populasi penduduk Sumbar itu sendiri. Banyak sekali.

Satu bahasan yang mulai terdengar adalah, siapakah calon Gubernur Sumbar 2024 mendatang. Bukan Pileg dan Pilpres ternyata yang dibahas para perantau. Kalau Pileg dan Pilpres, itu sudah mainan pusat, tapi Pilgub berbeda. Seorang Gubernur akan sangat menentukan bagaimana Sumbar atau Minangkabau ke depan.

Tak main-main, sudah banyak nama yang diapungkan untuk mencoba ditandingkan atau disandingkan oleh warga Sumbar baik di ranah atau di rantau dengan Gubernur Sumbar hari ini, Mahyeldi Ansharullah. Bagi yang fanatik dan suka Buya Mahyeldi, tentu mengganti Gubernur bukanlah harapan mereka. Mungkin mencarikan pasangan yang lebih baik lagi akan jadi pilihan.

Karena, pulangnya para perantau bukan sekadar kembali ke kampung halaman begitu saja. Mereka adalah orang-orang yang bisa menentukan, kemana suara anak kemenakan dibawa dalam Pilgub Sumbar. Meski, jelang Pilgub Sumbar 2024, masih ada satu kali Lebaran lagi pada Maret 2024 mendatang. Waktu yang paling mepet memastikan siapa yang akan diusung.

Jika ninik mamak pulang dari rantau, pastinya mengecek kondisi keluarga, rumah dan kampung halaman terlebih dahulu. Setelahnya, memastikan bagaimana perkembangan Kabupaten atau Kota serta Provinsi. Bagi yang merasa ada perubahan, akan memberikan saran tetap memilih incumbent atau petahana. Namun jika tak ada perbaikan, akan muncul rekomendasi lain.

Kalau perantau tak suka dengan petahana, maka akan dicarikan siapa yang cocok menggantikan. Tapi harus kuat dan bisa mengalahkan calon yang telah memimpin sebelumnya dan tidak membawa perubahan apa-apa. Kalau tak bertemu juga orang yang dicari, maka perantau yang bersangkutan akan maju sendiri. Ada yang langsung deklarasi, membangun tim dan menyampaikan program-program.

Lantas, selain Gubernur Mahyeldi, siapa lagi yang bisa disebut akan menjadi lawan tangguhnya di 2024 mendatang. Saat ini, dari nama yang terlihat, Wakil Gubernur Audy Joinaldy juga layak dimajukan sebagai kandidat. Meski masih berusia 40 tahun, Audy cukup mumpuni untuk memimpin Sumbar. Audy yang awalnya dianggap hanya mendompleng Mahyeldi, kini seakan sudah menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Bukan kaleng-kaleng dan bisa menjadi ancaman bagi Mahyeldi.

Apalagi, Audy kini menjabat salah satu Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP memang bukan partai besar di Indonesia ataupun Sumbar. Namun, punya massa dan sejarah yang cukup baik. Bisalah kalau sekadar menjadi pengusung Audy, dengan menggandeng partai menengah lainnya. Tak perlu pula partai besar.

Selain Audy, ada sejumlah kepala daerah di Sumbar yang digadang-gadang bisa melaju ke tingkat Sumbar. Sebut saja Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Meski kader PDIP yang suaranya tak terlalu signifikan di Sumbar, Sutan Riska tak terlalu terpengaruh. Dia tetap hadir dan dapat dijadikan sosok yang akan memimpin Sumbar selanjutnya.

Dua periode menjadi Bupati Dharmasraya, Sutan Riska dianggap pantas naik kelas dan menunjukkan kinerjanya secara luas. Apalagi, kini PDIP tak lagi bisa mengandalkan Jokowi di Pilpres, dan membuka koalisi dengan partai lain. Bisa saja Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP dan lainnya. Sutan Riska juga harus bergegas mencari koalisi.

Wali Kota Padangpanjang Fadly Amran, meski baru satu periode, disebutkan juga sudah melirik kursi Gubernur. Apalagi, Fadly sekarang menjadi Ketua DPD Partai NasDem Sumbar yang menjagokan Anies Baswedan di Pilpres. Kalau benar NasDem jadi partai besar di Sumbar dan memiliki kursi DPRD Sumbar yang signifikan, Fadly Amran akan menjadi ancaman hebat Mahyeldi.

Tapi, Mahyeldi bukanlah politisi semenjana yang tak paham siapa yang akan menjadi lawan dan kawan dalam Pilkada. Fadly Amran yang punya bekal logistik yang baik, pasti dilirik. Dalam LHKPN 2020, Fadly melaporkan memiliki kekayaan Rp77,9 miliar dan menjadi salah satu kepala daerah terkaya di Sumbar, selain Bupati Solok Epyardi Asda tentunya.

Mahyeldi, memang dikenal sebagai calon yang menggandeng anak muda, sebutnya Hendri Septa di Pilwako Padang 2018 dan Audy Joinaldy di Pilgub Sumbar 2920. Bukan sekadar anak muda biasa, tapi juga memiliki logistik untuk pergerakan dalam pemenangan Pilkada. Karena Mahyeldi sudah punya ketokohan, elektabilitas, dan partai politik.

Zul Elfian, Wali Kota Solok memang sempat naik namanya saat Pilgub Sumbar 2020. Sayang, dia tak jadi maju dan lebih memilih kembali ke periode kedua di Kota Solok. Sayang, 2024 pun belum waktunya Buya – sapaan akrabnya melirik Pilgub Sumbar. Apalagi, Zul Elfian saat ini juga bernaung di Partai NasDem yang tentunya akan lebih menilih Fadly Amran.

Setelah tak banyak kepala daerah di Kabupaten dan Kota yang bisa naik kelas, melirik Anggota DPR RI adalah langkah berikutnya. Itu pun kalau perantau Minang yang pulang kampung masih mau melihatnya. Karena, tak banyak wakil rakyat asal Sumbar di Senayan yang vocal. Mereka seperti diam saja, dan jelang-jelang Pemilu akan kembali berkampanye. Gerilya kesana-kemari.

Mungkin, nama anggota DPR RI yang layak ditarik ke Sumbar adalah Andre Rosiade. Dia adalah Ketua DPD Gerindra Sumbar yang suaranya cukup banyak di Sumbar saat Pemilu 2019. Kinerja sebagai anggota dewan juga jangan ditanya, banyak yang sudah terbantu. Dengan power Partai Gerindra dan Prabowo, akan menambah daya tarik Andre sebagai calon Gubernur.

Tapi, apakah Andre akan mau turun ke gelanggang Pilgub Sumbar 2024 masih menjadi tanda tanya. Kini, Andre begitu getol menyosialisasikan Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Tak mustahil, saat Prabowo Menang, Andre malah ditarik menjadi Menteri. Menjadi penerus trah Minang di kabinet yang tak pernah hilang sejak zaman Order Baru. Kalau maju Gubernur, semua syarat sudah dipatenkan Andre Rosiade. Tingal maju saja.

Lainnya, memang tak terlihat yang tampak bisa ditarik ke Pilgub Sumbar. Apalagi untuk melawan incumbent Mahyeldi. Mungkin yang masih bisa dilirik adalah kader Demokrat Ir Mulyadi yang sempat kalah di Pilgub 2020. Mulyadi tak patah arang, dia kembali bertarung di Pileg 2024 dan berencana comeback di Pilgub Sumbar. Kita lihat saja, apakah Bang Mul dengan Demokratnya bisa bicara banyak di Sumbar.

Nama lain yang dimunculkan dari rantau adalah Komjen (pur) Boy Rafly Amar yang sangat dikenal di jajaran kepolisian. Terakhir, menjabat Kepala Badan Nasional Penangulangan Teroris (BNPT). Boy pernah menjadi Kapolresta Padang era 2000-an dan tak sempat menjadi Kapolda Sumbar. Dia malah pernah menjadi Kapolda Papua. Boy adalah perantau Minang, tepatnya berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam.

Boy Rafli Amar tentu akan menambah deretan orang Agam yang akan bertarung di Pilgub. Setelah tiga dari empat calon Gubernur Sumbar 2020 adalah orang Agam asli, Mahyeldi, Mulyadi dan Fakhrizal. Bahkan satu calon Wakil Gubernur juga berasal dari Sumbar, Indra Catri. Nama Boy Rafli mungkin jadi alternatif bagi masyarakat Sumbar di 2024. Tapi, partai mana yang akan mengusung, belum ada yang tahu.

Penulis hebat asal Indonesia, Ahmad Fuadi menyebut, “orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.” Mungkin, begitulah filosofi yang akan dikerjakan perantau saat pulang kampung. Tak mau berdiam saja melihat apa yang terjadi di kampung halaman. Kalau sekiranya kampung halaman harus diganti pemimpinnya, tinggal rekomendasikan saja. (Wartawan Utama)