Berburu RI 2

Istana Wakil Presiden RI

Oleh: Reviandi

Hari ini, para calon peserta Pemilihan Presiden (Pilpres) sudah mulai menampakkan wujudnya. Setidaknya, tiga calon Presiden sudah dideklarasikan oleh partai pendukung masing-masing. PDI Perjuangan yang punya tiket tanpa harus berkoalisi, memastikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dicapreskan. Langsung diumumkan oleh Ketua Umum Megawati Soekarno Putri, yang menepis anggapan Capres PDIP harus trah Soekarno.

Tak ada nama Puan Maharani sebagai Capres atau Cawapres, meski PDIP bisa saja menduetkan Ganjar-Puan menuju 2024. Tapi itu tidak akan membantu apa-apa. Selain satu partai, antara Ganjar dan Puan juga dapat disebut satu guru dan satu ilmu. Tak akan menambah pemilih. PDIP pun ogah juga maju sendiri dan tetap mencari pasangan koalisi.

Kedua, Prabowo Subianto yang telah dideklarasikan Partai Gerindra. Ketum Gerindra yang sekarang menjadi Menteri Pertahahan itu sudah mendapatkan dukungan tambahan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, siapa yang akan diusung berpasangan dengan Prabowo belum kunjung putus. Ketum PKB Muhaimin “Cak Imin” Iskandar berminat, tapi belum ada titik temu. Apalagi Cak Imin belum masuk jajaran Cawapres elite.

Ketiga Anies Rasyid Baswedan yang awalnya dideklarasikan Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan belakangan ditambah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Meski awalnya solid, sampai hari ini belum juga jelas siapa yang akan mendampingi Gubernur DKI Jakarta 2017-2023 itu. Anies tak mau menyebut nama, karena tiga partai bersiaga orang dekat mereka yang diajukan – utamanya PKS-Demokrat.

Ganjar, Prabowo, Anies memang belum memastikan siapa yang akan mendampingi. Meski semua partai menyerahkan kepada mereka, siapa yang akan digandeng. Dari nama itu, juga ada pembahasan berpasangan, tapi hanya untuk Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo. Koalisinya Gerindra dan PDIP, ditambah PKB. Bisa juga Golkar, PAN dan PPP.

Prabowo sudah menyatakan “ogah” menjadi Cawapres, baik untuk Ganjar atau siapapun. Dia menyebut, partainya mendeklarasikannya sebagai Capres, bukan Cawapres. Dia yakin, partainya sekarang partai kuat. Maklum, di semua survei, Gerindra ditempatkan di posisi dua di bawah PDIP. Angkanya juga semakin dekat, Gerindra terus naik, PDIP cenderung turun.

Kalau Prabowo tak mau jadi RI2, Ganjar Pranowo belum menyatakan sikap apa-apa. Sebagai petugas partai, dia lebih tenang dan menyatakan menunggu arahan dari partainya, utamanya Ibuk – sapaan akrab Megawati. Apa yang diputuskan partai, itulah yang dilakukan Ganjar. Itu adalah sebuah konsistensi baginya sejak disebut masuk bursa. Kemungkinan Prabowo-Ganjar itu ada.

Keluarnya mantan Cawapres 2019 Sandiaga Uno dari Gerindra juga memancing spekulasi yang bisa dilakukan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu. Tak tanggung-tanggung, Sandi bisa menjadi Cawaparesnya Prabowo, Ganjar dan Anies Baswedan. Apalagi, kini Sandi akan menjadi kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP), bahkan bisa menjadi ketua umum.

Prabowo-Sandi adalah peserta Pilpres 2019 yang dikalahkan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin. Jilid dua Prabowo-Sandi agak berat, karena PPP ke Ganjar. Sementara Anies-Sandi pemenang Pilkada DKI Jakarta 2017. Ganjar-Sandi memang belum ada sejarahnya, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi.

Karena Ganjar hanya butuh orangnya, bukan partainya. Koalisi PDIP-PPP bukan barang baru, dulu ada Megawati-Hamzah Haz pascalengsernya Presiden Abdurrahman “Gusdur” Wahid. Rabu (26/4), PPP juga telah memastikan mencapreskan Ganjar tanpa syarat dalam Rapimnas 5 di Yogyakarta.

Sandi adalah Cawapres paling potensial dan itu didukung hasil survei yang menempatkannya selalu di papan atas Cawapres. Apalagi, Sandi seorang konglomerat berharta puluhan triliun Rupiah yang menjadi jaminan logistik siapa yang menggandengnya. Bukan kaleng-kaleng, Sandi adalah politisi masa depan yang diperkirakan bisa menjadi Capres unggulan 2029.

Setelah Bang Sandi, ada nama Menteri BUMN yang juga Ketum PSSI Erick Thohir yang bisa menjadi Cawapres siapa saja. Akhir-akhir ini Erick disebut lebih condong menjadi pendamping Ganjar Pranowo. Karena mantan pemilik klub Liga Italia Inter Milan ini tidak memiliki partai politik dan hanya PDIP dan Ganjar yang bisa menerima kandidat tanpa latar belakang partai pemilik suara sah Pemilu 2019.

Kalau Erick ke Prabowo Subianto, ada kemungkinan Erick akan diangkat menjadi kader PKB. Memang, sejak menjadi anggota Banser NU, Erick disebut telah menyatakan diri sebagai kader dari partainya NU, ya PKB. Prabowo-Erick diusung Gerindra-PKB bukan sembarangan. Prabowo yang disebut menguasai Sumatra, dan Jawa Barat akan terbantu dengan Erick-PKB yang bisa mendominasi Jawa Timur, Yogya dan sedikit Jateng.

Anies-Erick sepertinya sangat sulit diwujudkan. Karena partai-partai yang mengusung Anies tidak memiliki irisan apa-apa dengan Erick. Bahkan, PKS katanya lebih sreg dengan Sandi ketimbang Erick. Meski keduanya sama-sama Menteri yang punya harta mentereng dan diyakini bisa menjadi bahan bakar mengarungi Pilpres 2024.

Anies sendiri saat ini masih terkungkung dengan dua kandidat Cawapres dari partai koalisinya. Pertama, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra Presiden 2004-2014 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anies-AHY sudah kadung dikampanyekan Demokrat, bahkan sebelum resmi mendeklarasikan Anies sebagai Cawapres. Sayang publik tidak menerimanya dengan baik.

Sementara PKS, masih mengharapkan Anies menggandeng kader mereka Ahmad Heryawan atau Aher. Mantan Gubernur Jawa Barat dua periode itu kerap dipasangkan dengan Anies oleh partai dengan ciri warna fresh orange itu. Sama seperti AHY, Aher juga belum dapat diterima sebagai kandidat Cawapres Anies oleh public. Tak ada survei yang menyatakan pasangan ini akan gacor jika berpasangan. Bahkan kalah dari pasangan Anies-AHY.

Jika nama-nama itu tak ada yang dipilih oleh tiga Capres, maka para ketua umum partai politik bisa menjadi alternatif. Ketum Golkar Airlangga Hartarto mulai muncul dan dianggap bisa mendampingi Prabowo. Sayang, namanya dianggap setali tiga uang dengan Cak Imin PKB dan tidak akan mendongkrak suara Prabowo.

Begitu juga dengan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan yang disebut Jokowi akan dibawanya berkeliling Indonesia agar namanya juga bisa naik jelang Pileg dan Pilpres. Zulhas juga belum menjadi jaminan apa-apa dan tidak berpeluang menjadi Cawapres. Namanya masih berkutat seperti Puan Maharani di papan bawah survei Capres dan Cawapres.

Nama lain yang mulai digaungkan adalah Wapres petahana Ma’ruf Amin yang identik juga dengan NU dan PKB. Disebut, baru Ganjar Pranowo yang kemungkinan bisa menggandengnya, untuk melanjutkan kerja sama yang terputus dengan Presiden Jokowi 2019-2024. Tapi, apakah Ma’ruf bisa mendongrak suara, tentu PDIP dan Ganjar akan berhitung ulang. Sementara Prabowo atau Anies, sangat berat menggandeng Abah Ma’ruf yang sepuh.

Mencari Cawapres adalah kunci saat ini. Di tengah elektabilitas tiga Cawapres yang posisinya masih sering berubah-ubah di lembaga survei. Wapres adalah pemimpin Indonesia yang harus mengingat kata-kata Presiden pertama RI Soekarno, “Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat, dan bukan berada atas rakyat.” Pemimpin yang merakyat sangat dinantikan rakyat. Bukan pemimpin yang menyusahkan rakyat. (Wartawan Utama)