Oleh: Reviandi
Perseteruan antara anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Sumbar Nofrizon dengan Ketua DPD Demokrat Sumbar Mulyadi sepertinya kian merucing. Kalau beberapa waktu lalu sampai membawa-bawa sumpah di atas Alquran membantah melakukan pengancaman kepada seorang pejabat Pemprov Sumbar, kini dia membuat heboh lagi.
Nofrizon membuat baliho besar yang menyatakan dirinya tidak lagi maju dari Partai Demokrat pada Pemilu 14 Februari 2024. Baliho berukuran 10×5 meter meter dipasangnya sebagai bentuk perlawanan terhadap Mulyadi di Kota Bukittinggi, Sabtu (20/5/2023). Dia menyebut juga akan memasang di Lubuk Basung, Kabupaten Agam.
Nofrizon memilih Bukittinggi dan Agam tentu terkait dengan daerah pemilihannya (Dapil) Sumbar 3 yang terdiri dari Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Memang, sejak setahun terakhir antara Mulyadi dengan Nofrizon cukup ketat terjadi perselisihan. Bahkan, jauh hari Nofrizon sudah disebut akan maju ke DPR RI Dapil Sumbar II dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menarik mencermati apa isi baliho atau billboard yang dipasang anggota DPRD Sumbar tiga periode itu. Dia dengan tegas menyebut, berlawanan dan tidak sejalan dengan Ketua DPD Demokrat Sumbar Mulyadi. Banyak hal yang belum terungkap, apa sebenarnya yang membuat terjadinya rivalitas dua kader partai yang diketuai Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini.
Secara runtut, kita tulis yang disampaikan Nofrizon. “Untuk simpatisan dan konstituen H Nofrizon SSos MM, anggota DPRD Sumbar tiga kali berturut-turut 2009-2024. Pemilu 2024 tidak di Demokrat lagi. Karena berlawanan dan tidak sejalan dengan Ir Mulyadi, Ketua DPD Demokrat Sumbar.” Suatu tulisan yang tak perlu dimaknai lagi, tapi telah bagalangang mato urang banyak.
Di sejumlah media Nofrizon juga lantang menyampaikan keresahannya. “Silahkan apa yang diungkap mereka, yang penting saya harus sampaikan ke konstituen saya di Agam dan di Bukittinggi, bahwa saya pada Pemilu 2024 tidak di Partai Demokrat lagi. Besok baliho sama besar dengan ini saya pasang juga di Lubuk Basung Agam,” ujar Nofrizon.
Konflik di internal Partai Demokrat ini sesungguhnya akan merugikan partai itu sendiri. Di tengah terjadinya penurunan kursi Demokrat dari 2009 sampai 2019 di Indonesia dan Sumbar khususnya, pertikaian Mulyadi-Nofrizon pasti akan berpengaruh. Apalagi, Nofrizon memiliki suara yang cukup signifikan saat maju ke DPRD Sumbar 2019, mencapai 12 ribuan. Dia hanya kalah dari mantan Wali Kota Bukittinggi Ismet Amzis dengan 29 ribu suara.
Sebelum melirik konflik dan akibat konflik ini, menarik menghubungkan billboard Nofrizon dengan pengunduran diri Wakil Bupati Agam Irwan “Awang” Fikri. Meski juga menyebut tak sejalan dengan Bupati Agam Andri “AWR” Warman, ternyata mundurnya Irwan karena dia menjadi calon anggota DPRD Sumbar 2024 dari Demokrat.
Yang menarik, jika Nofrizon pindah partai 2024, maka dia akan diganti atau di-PAW (penggantian antar waktu) Demokrat. Dari data yang ada, pemilik suara ketiga, atau di bawah Nofrizon di Dapil Sumbar 3 itu Irwan Fikri dengan 10 ribuan suara. Tapi apakah bisa, Irwan yang sudah menjadi Bupati Agam 2021-2023 usai memenangkan Pilkada Agam 2020 menjadi PAW DPRD Sumbar. Mungkin KPU harus memutusnya segera.
Kembali ke Nofrizon versus Mulyadi, juga mengungkap sebuah hal. Jika Norizon berlawanan dan tak sejalan dengan Mulyadi lalu memilih pindah partai, maka calon-calon yang didaftarkan Mulyadi ke KPU Sumbar tentu orang-orang yang berkawan dan sejalan dengannya. Setidaknya, Caleg yang didaftarkan Demokrat Sumbar yang satu Dapil dengan Mulyadi di Sumbar 2 jumlahnya puluhan di DPRD Sumbar dan ratusan di DPRD Kabupaten dan Kota.
Apakah betul, semua Caleg itu akan sejalan dengan Mulyadi? Kalau iya, suara 140 ribu Mulyadi 2019 lalu akan kembali terulang. Memecahkan rekor suara terbanyak DPRD Sumbar, baik Dapil I dan Dapil II. Ini pasti akan menjadi kabar pertakut bagi calon anggota DPR RI dari Partai Demokrat di Dapil itu. Termasuk incumbent Rezka Oktoberia yang 2019 hanya memiliki suara sekitar 20-ribuan.
Rezka menjadi anggota DPR RI menggantikan Mulyadi yang maju Pemilihan Gubernur Sumbar 2020. Berpasangan dengan Ali Mukhni dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang sekarang menjadi Ketua Perindo Sumbar. Mulyadi kalah dari pasangan Mahyeldi-Audy Joinaldy yang diusung PKS dan PPP. Bahkan juga di bawah jagoan Gerindra Nasrul Abit-Indra Catri.
Apakah perseteruan Nofrizon dan Mulyadi akan berdampak kepada suara Mulyadi atau Demokrat di Sumbar 2024, belum pasti juga. Meski Nofrizon juga memiliki loyalis atau tim-tim yang terdiri dari kader-kader Demokrat. Yang tersebar di Kabupaten Agam dan juga Kota Bukittinggi. Daerah yang sebenarnya menjadi basis utama Mulyadi baik di Pemilu maupun Pilkada 2020 lalu.
Jika benar Nofrizon maju ke DPR RI Dapil Sumbar II yang terdiri dari Agam, Bukitittinggi, Padangpariman, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Pasaman, Limapuluh Kota dan Payakumbuh, ini akan menjadi semakin seru. Meski, di internal sendiri, Nofrizon harus mengalahkan incumbent tiga periode M Iqbal yang merupakan anak mantan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Ketua DPW PPP Sumbar Hariadi.
Alasan logis Nofrizon maju ke DPR RI dari PPP adalah, suara yang akan coba dikalahkannya tidak terlalu besar. 2019 lalu, M Iqbal hanya mendapatkan 28,9 ribuan suara dari total 78,3 ribu suara PPP di Dapil itu. Suara itu nyaris disamai Hariadi yang mengumpulkan 27,7 ribuan suara. Memang PPP menempati kursi keenam dari total enam kursi. Kalau saja Gerindra saat itu dua kursi, kursi PPP hilang.
Bermodal 12 ribuan suara hanya dari Agam dan Bukittinggi, bukan mustahil bagi Nofrizon menggandakannya dengan tambahan suara dari enam Kabupaten dan Kota lainnya. Dengan style dan pengalaman di partai politik dan LSM yang mumpuni, Nofrizon akan mati-matian mendapatkan kursi DPR RI pada Pemilu 2024. Selain menumbangkan kawan di partai barunya, Nofrizon tentu ingin mengalahkan, minimal mengimbangi Mulyadi.
Rivalitas antara Nofrizon dan Mulyadi tak lagi hanya berada di dalam lingkup Partai Demokrat. Tapi akan berubah menjadi lebih luas, karena berada di medan yang lebih besar, enam Kabupaten dan Kota di Sumbar II. Apakah suara 144 ribuan Mulyadi akan membuat Nofrizon takut, pastinya tidak. Nofrizon adalah politisi petarung sejati yang pantang menyerah.
Menunggu “perang” antara dua urang Luak Agam ini pada Pemilu 2024, kita nikmati dulu baliho-baliho perlawanan yang diberikan Nofrizon untuk Mulyadi. Meski sampai hari ini, belum ada komentar Mulyadi soal apa yang disampaikan Nofrizon. Mulyadi ketika mendaftarkan Demokrat ke KPU Sumbar hanya berujar, tidak mendaftarkan orang-orang bermasalah dalam daftar Bacaleg Demokrat.
Raja di Kesultanan Yogyakarta 1880-1939, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pernah berujar, “Jika tidak ada musuh, tidak akan ada pertempuran, jika tidak ada pertempuran, tidak ada kemenangan, jika tidak ada kemenangan, tidak ada mahkota.” Mungkin bagi Nofrizon dan Mulyadi, ini adalah penyemangat dalam Pemilu 2024. Pemilu yang sistemnya saja belum jelas, terbuka atau tertutup. (Wartawan Utama)