Pilpres, Politisi Sumbar masih Lihat dan Pantau

Logo KPU

Oleh: Reviandi

Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia berlangsung sama dengan Pemilu Legislatif (Pileg), 14 Februari 2024. Namun di Sumbar, gaung Pilpres kurang terasa dan kalah jauh dari Pileg. Meski para Bacaleg sudah didaftarkan ke KPU 1-14 Mei 2023, namun geliat mereka turut meramaikan Pilpres belum terlihat. Padahal, di pusat sudah bakuhampeh para pendukung, utamanya partai politik.

Memang sempat, saat Partai NasDem mengumumkan Anies Baswedan sebagai calon Presidennya 3 Oktober 2022, Pilpres seperti menggeliat. Para simpatisan banyak yang berebut menjadi Bacaleg Partai NasDem. Baliho, spanduk, stiker dan alat peraga lain si calon dengan Anies pun tumpah ruah. Seolah-olah, Anies begitu menjadi magnit dalam Pilpres.

Tak sedikit yang menyebut, Anies akan menjadi pemenang Pilpres di Sumbar mengalahkan Prabowo Subianto. Foto wajah Anies dan para bakal caleg atau incumbent DPR, DPRD Sumbar dan DPRD Kabupaten dan Kota begitu meriah. Pilpres sepereti akan berlangsung beberapa hari lagi dan saat ini adalah puncak masa kampanye.

Seiring berjalanannya waktu, koalisi NasDem, PKS dan Demokrat sebagai pengusung Anies tak berjalan baik. Bahkan, banyak isu yang menyebut keretakan para petinggi partai, meski mereka berkali-kali membantahnya. Sorotan terhadap Anies dan trio pengusungnya ternyata tak begitu lama. Memasuki 2023, Anies belum punya pasangan dan koalisi belum resmi juga.

Terlebih, sempat terjadi rebutan posisi calon wakil Presiden Anies. Semua partai pendukung merasa berhak mengusulkan, utamanya dari partai mereka. Saling sandara kepentingan, karena NasDem tak bisa mengusung sendiri seperti PDIP terhadap Ganjar, membuat koalisi semakin panas.

Dari sejumlah hasil survei, ternyata tak membuat nama Anies melejit di atas. Anies kerap diposisikan di nomor tiga Capres idaman Indonesia versi banyak lembaga survei. Yang di atas, bergantian Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Tapi, lembaga survei seperti kompak menempatkan mantan Gubernur Sumbar itu di posisi tiga.

Di Sumbar, perlahan wajah Anies mulai redup dan tak sebanyak sebelumnya. Bahkan ketika PKS resmi mendukung Anies pada 23 Februari 2023, belum terlihat ada epic comeback. PKS yang dikenal punya kader militan baik anggota dewan atau bukan, disebut-sebut awalnya akan membantu mendongkrak popularitas dan elektabilitas Anies. Tak banyak Bacaleg PKS atau incumbent wakil rakyat yang menyosialisasikan Anies. Kalaupun ada, dengan foto yang seadanya, kecil, di bagian kanan atas alat peraga.

Para politisi PKS masih malu-malu menyatakan kalau partai berwarna dasar fresh orange itu mendukung Anies Baswedan. Mereka, sama dengan kebanyakan para kader partai lainnya, wait and see atau menunggu dan melihat atau memantau situasi. Takutnya, Anies tak jadi dicalonkan atau diarak ke KPU saat pendaftaran dibuka.

3 Maret 2023, giliran Partai Demokrat yang menyatakan dukungan resminya kepada Anies. Cukuplah tiga partai melakukan deklarasi, meski belum menyatakan siapa yang mendampingi Anies. Sayang, para kader Demokrat di Sumbar malah lebih ragu dari rekan koalisinya PKS dan NasDem. Lebih “sepi” lagi gambar kader atau Bacaleg yang menyosialisasikan Anies Baswedan.

Pascaditangkapnya Menteri Kominfo yang juga Sekjen NasDem Johnny G Plate oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi pembangunan BTS dan diduga merugikan negara sampai Rp8 triliun, membuat Anies kian meragukan untuk mentas di Pilpres. Apalagi, hasil surveinya disebutkan terus menurun, terakhir sudah di bawah 20 persen. Sementara dua rivalnya bersaing menyentuh 40 persen.

Politisi yang condong kepada pemenang dua Pilpres sebelumnya di Sumbar, Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga sama saja. Gerindra mungkin lebih jelas, karena Prabowo yang diusung adalah ketua umumnya. Namun, alat peraga untuk Prabowo juga tidak sementereng 2019 lalu. Masih banyak kader-kadernya yang ragu menggandeng Prabowo dan mendapatkan “tuah” seperti Pemilu sebelum-sebelumnya.

Lebih parah lagi PKB, meski partainya sudah menyatakan diri mendukung Prabowo, tak banyak Bacalegnya yang ngeh. Sangat amat jarang terlihat foto Prabowo bersanding dengan para bakal Caleg partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar ini. Sangat banyak kader PKB yang lebih relah menyosialisasikan Gus Muhaimin ketimbang Prabowo.

Sangat bisa dimaklumi. Karena sampai hari ini, Prabowo belum juga menentukan siapa yang akan disandingnya menuju Pilpres 2024. Tahun 2014 Prabowo menggaet Ketum PAN Hatta Rajasa dan kalah dari Jokowi-Jusuf Kalla. 2019 Prabowo sangat percaya diri bersanding dengan kader Gerindra Sandiaga Uno dan kembali kalah dari Jokowi. Jokowi mengambil Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin sebagai Cawapres.

Sementara Ganjar Pranowo, memang sangat sedikit gaungnya di Sumbar. Mungkin hanya di beberapa basis PDIP saja Ganjar benar-benar eksis, seperti di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahkan, pascapengumuman Ganjar sebagai Capres PDIP oleh Ketum Megawati 21 April 2023, seperti tak ada yang berubah. Sangat jarang para kader PDIP yang berani menampilkan foto-foto Ganjar.

Hal itu kemungkinan karena banyak pengamat politik yang menyebut, Ganjar akan mengikuti jejak Jokowil 2014 dan 2019 di Sumbar. Apalagi lembaga survei kompak menempatkan Ganjar di posisi buncit dengan angka di bawah 10 persen. Bahkan, ada yang merelis Ganjar hanya punya elektabilitas sekitar 7 persen saja di Sumbar. Angka yang sangat rentan jika dipaksa tandem dengan Bacaleg.

Sementara Prabowo dan Anies, disebut-sebut berimbang di Sumbar yang angkanya menyentuh masing-masing 40-an persen lebih. Jadi, akan semakin jarang kita melihat foto Ganjar bersanding dengan kader PDIP, ataupun PPP dan PSI yang telah menyatakan dukungan kepada Ganjar di Sumbar. Karena, politisi tentu tak mau membebani diri dengan kandidat yang tak laku di kalangan pemilihnya.

Kekompakan para Bacaleg di Sumbar yang masih enggan turut serta memeriahkan Pilpres 2024 sebenarnya dapat diterima. Karena, masih banyak yang mengaku belum yakin, kemana arah koalisi dan siapa yang akan diusung oleh partai mereka. Bahkan, masih ada yang menyebut, Prabowo atau Ganjar akan bergabung karena sama-sama “diendorse” Presiden Jokowi. Tapi siapa yang akan menjadi Capres-Cawapres belum jelas. Posisi ini sangat berpengaruh kepada Bacaleg dan pemilih di Sumbar.

Belum lagi adanya desas-desus yang menyebut, akan ada salah satu dari tiga Bacapres, Prabowo, Ganjar dan Anies yang tidak jadi maju. Meski partainya telah terang-terangan menyatakan dukungan. Daripada malu karena sudah over percaya diri, lebih baik ya tadi, wait and see. Ditunggu lagi apa yang terjadi, siapa tahu Mahkamah Konstitusi (MK) membuat sistem Pemilu tertutup, maka para Caleg tak akan banyak yang tertarik merapat lagi.

Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno pernah berujar, “Tuan-tuan hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa ini atau di desa situ telah muncul seorang Imam Mahdi atau Heru Cakra. Tak lain tak bukan karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan.” Jadi, apakah yang kita tunggu dari hakim-hakim yang akan menentukan sistem Pemilu kita? Dan calon Presiden seperti apa yang kita tunggu untuk terjun ke Pilpres? Jawabannya ya wait and see. (Wartawan Utama)