“Dunia” lain Politik Kita

ILUSTRASI

Oleh: Reviandi

Sejak Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung perdana 2005 dan Pileg terbuka 2009, situasi politik di Indonesia lumayan berubah. Jika sebelumnya hanya diperkenalkan dengan Pileg tertutup, kini terbuka kesempatan menjadi Gubernur, Wali Kota dan Bupati, serta wakil rakyat. Jabatan yang sebelumnya turun dari “langit,” hanya ditetapkan oleh pemerintah pusat saja.

Dengan semakin terbukanya kesempatan itu, semua warga negara, utamanya putra asli daerah (PAD) berpacu menjadi kepala daerah. Terbuka kesempatan untuk bersaing mendapatkan jabatan menjadi pejabat daerah, yang juga membuka jalan menjadi pejabat nasional, baik Menteri, atau Presiden dan wakil Presiden.

Namun, banyak cerita yang terungkap ke publik ataupun tidak, bagaimana para kandidat ini bersaing menjadi pemenang Pilkada langsung ini. Tidak hanya melulu soal ketenaran dan modal politik yang banyak, tapi cerita-cerita berbumbu mistis dan klenik juga muncul. Tak jarang, ini juga membuka kesempatan kepada “orang pintar,” paranormal, dukun dan sejenisnya beraksi.

Ada “dunia” lain dalam politik kita yang di depan layar terlihat demokratis dan penuh sesak dengan sistem yang belum sempurna. Masih sering digugat sana dan sini, karena dianggap tidak sesuai dengan kalangan tertentu. Pileg 2024 ini juga masih diwarnai oleh kepercayaan-kepercayaan yang terkait dengan adanya orang yang mengaku paranormal dan sejenisnya.

Pelaku kegiatan paranormal ini tidak hanya sembunyi-sembunyi. Juga ada yang terang-terangan mengiklankan dirinya di berbagai media. Tak ragu menyatakan siap memenangkan seseorang baik untuk Pileg, Pilkada, bahkan sampai Pilpres. Dia juga berani menggaransi, siapa yang memakai jasanya tidak akan menyesal, karena dipastikan akan menang.

Banyak “modus operandi” para dukun ini dalam mencari cuan dari para kandidat Pileg atau Pilkada yang ragu dengan potensinya sendiri. Tidak yakin bisa merayu rakyat memilih mereka tanpa bantuan dari orang lain, utamanya pihak-pihak yang mengaku bisa membantu itu. Bahkan, tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk sekadar mendapatkan nasehat untuk bergerak meraih suara rakyat.

Di Sumbar, ada oknum paranormal yang mengaku bisa memastikan seorang Caleg mendapatkan suara sesuai dengan yang diinginkannya. Tapi, syaratnya cukup besar, baik dari uang tunai sampai syarat-syarat lainnya. Bisa nilainya mencapai ratusan juta dan akan hilang begitu saja meski tak terpilih. Anehnya, orang yang datang ke rumahnya atau bertemu di luar tetap banyak. Meski tidak jelas, siapa orang yang bisa dimenangkannya pada pemilihan-pemilihan sebelumnya.

Dari pengakuan salah satu rekannya, hampir setiap hari ada saja yang datang dan menyatakan niatnya maju, baik Pilkada, Pileg, sampai pemilihan Wali Nagari. Si dukun tak berpantang, dia akan menerima setiap orderan kepadanya, asal bayarannya pantas. Beroperasi cukup lama, tempatnya tidak pernah pindah. Ini juga menjadi “jualan” sang teman kepada para calon yang merapat kepadanya.

Apakah jasa para dukun ini dapat disamakan dengan tim sukses? Pastinya tidak. Tim sukses biasanya realistis. Tapi ada juga tim sukses yang membawa para Caleg ini ke dukun. Meski kadang awalnya tak percaya, tapi karena dorongan timlah mereka akhirnya percaya dengan jasa dukun. Ada dugaan, tim sekses juga mendapatkan “bagian” atau fee dari para dukun.

Tak heran, para dukun dengan muda bisa memnta para “kliennya” membawa berbagai barang sebagai persyaratan yang diwajibkan. Syarat yang kalau tidak dipenuhi bisa menggantu proses dan terancam tidak terpilih. Kalau salah satu syarat tidak bisa terpenuhi, ada yang menyebutnkan bisa diganti dengan uang atau sesuatu yang berharga lebih mahal.

Menariknya, banyak dari para klien caleg atau calon kepala daerah ini bukan orang bodoh atau orang sembarangan. Mereka ada yang bergelar Doktor, professor dan lainnya. Tapi, ketika nafsu politik telah menguasai, dengan mudah dicocok hidungnya oleh para dukun. Dukun yang konon bersekolah saja tidak, hanya bisa sekadar tulis baca.

Kebanyakan, para calon yang percaya kepada dukun ini akan sadar ketika harta atau barang berharga mereka raib dan kemenangan yang diharapkan tidak datang. Mereka pun biasanya malu untuk mempersoalkan masalah ini ke pihak kepolisian atau hukum. Karena, sebagai seorang kandidat yang berusaha tampak baik, ternyata mudah ditipu oleh orang-orang yang mengaku dukun.

Jadi, jika kita bertanya kepada para dukun dan “universe-nya,” akan didapatkan testimoni atau kisah sukses pejabat ini dan itu. Tidak akan diceritakan secara detail, siapa yang dimenangkan dan bagaimana caranya. Kata “pokoknya itu” adalah yang paling sering keluar. Mengkonfirmasi kepada siapa juga tidak jelas dan si calon klien diwajibkan percaya saja, ya percaya.

Dukun-dukun politik ini sekarang mulai bergentayangan. Menjanjikan kemengan bagi para Caleg atau calon kepala daerah. Mereka tak ragu juga menjanjikan hal-hal yang membuat orang percaya, seperti akan mengembalikan uang atau mahar jika tak menang. Memastikan uang si calon mengalir dulu, soal menang atau kalah mereka tak pula terlibat langsung.

Seorang teman di Padang juga pernah menawarkan kepada sejumlah Bacaleg atau calon kepala daerah tentang temannya yang dikatakannya sakti mandraguna. Orang yang disebut punya ilmu yang bisa membuat satu kampung, bahkan satu kota dan Provinsi terpengaruh dengan imbauan “ghaibnya.” Para kandidat cukup membaya sejumlah mahar, dan menunggu “timnya” bekerja dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tapi, menurut teman ini, sejak dia “jualan” itu, ada beberapa kandidat yang percaya. Tapi banyak yang mengaku tidak tertarik dengan yang “begituan,” Mereka merasa, untuk mendapatkan suara rakyat, pastinya harus memberikan program-program unggulan dan alat peraga lain. Tak bisa diandalkan kepada satu orang dukun yang mengaku bisa mengubah isi hati atau pilihan warga. Sang kawan itu tak gentar, dia tetap meyakinkan kalau ada orang yang mampu membuat sedemikian rupa.

Saat ditanya apakah sudah ada contoh yang benar-benar, kawan ini menjawab tidak pasti. Karena, siapa klien dari paranormalnya itu tidak ada yang diketahuinya. Karena hampir semua yang bekerja sama dengannya memegang prinsip rahasia. Dan tidak akan mungkin mengungkapkannya ke publik. Jadi, bagaimana membuktikannya tidak jelas, tapi harus percaya saja.

Berapa cuan yang diminta oleh oknum-oknum dukun ini juga bervariasi. Ada yang membuatnya lebih simpal dengan biaya harian, tapia da yang eksklusif dengan biaya yang mengangetkan. Percaya atau tidak percaya, harga dukun politik ini bervariasi parah. Dari sekadar administrasi, sampai ada yang menggadaikan kendaraan dan rumahnya.

Praktisi paranormal Permadi menyebut, praktik perdukunan politik di Indonesia sudah menjamur hingga semua level politik. Mulai dari pemilihan lurah sampai Presiden selalu ada calon menemui dukun atau orang dianggap memiliki kekuatan spiritual. Bahkan, dia pernah menyebut, semua Presiden di Indonesia punya dukun, baik dari Soekarno sampai yang sekarang.

Jadi, entah sampai kapan dunia klenik dan mistik dalam politik ini akan hilang, tak ada yang tahu. Jurnalis dan presenter ternama Indonesia Najwa Shihab pernah menyebut, “Kisah politik dan kuasa, tak pernah lepas dari dukun dan dupa. Nasib rakyat sering terlupa, sebab kepada dukun mereka percaya.” Mungkin, perdukungan dan politik ini yang disebut cinta sejati, mereka berjodoh. Selama masih ada yang butuh, mereka tak akan pernah hilang. (Wartawan Utama)