Para Kandidat, Tirulah Sifat Nabi Muhammad

Kaligrafi Lafaz Muhammad

Oleh: Reviandi

Kamis (28/9/2023) bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1445 dan kalender pun merah. Karena negara menjadikannya libur nasional memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Memang, ada pro dan kontra perayaan Maulid dan berlangsung sejak lama. Di beragam media sosial juga masih ramai setiap tahunnya, sedikitlah di bawah pro-kontra mengucapkan selamat Hari Natal oleh umat Islam setiap 25 Desember.

Karena, perayaan Maulid Nabi ada yang menilai termasuk perkara bi’dah atau sesuatu yang tidak ada contoh dari kalangan salaf generasi sahabat, tabiin dan tabiit tabiin. Bagi yang membolehkan, adalah untuk memperingati perjuangan, dan menambah kuat keyakinan kepada ajaran Islam yang dibawa Muhammad.

Nah, karena kita tidak sedang membahas pro-kontra, maka mari kita fokus kepada sifat-sifat nabi Muhammad yang bisa diambil oleh semua kandidat atau calon Presiden, Wakil Presiden, Anggota DPR, Anggota DPD, sampai DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pokoknya mereka yang akan bertarung pada Pemilu dan Pilpres 14 Februari 2024.

Semua kita tahu, dalam diri Muhammad SAW tertanam sifat dan akhlak baik yang harus dicontoh menjadi panutan semua umat. Sifat itu adalah sidik, amanah, fathonah dan tablig. Sidik artinya orang yang jujur, amanah adalah dapat dipercaya, fathonah berarti orang yang pandai atau cerdas dan tablig artinya orang yang menyampaikan.

Sifat pertama yang harus dimiliki para kandidat adalah sidik atau jujur. Dalam KBBI jujur memiliki beberapa arti dan juga varian kata. Artinya lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Hal ini memang sangat berat, apalagi di saat para kandidat sedang memoles diri mereka, agar terlihat sempurna dan layak dipilih masyarakat.

Kejujuran seorang kandidat atau calon pemimpin adalah yang utama hari ini. Kita harus melihat, siapa orang yang benar-benar jujur terhadap pikirannya, masa lalunya, rencananya, orang-orang dekatnya, agar diketahui oleh khalayak yang akan memilihnya. Kalau terlalu banyak yang ditutup-tutupi, dibohongi, atau dimanipulasi, maka pemimpin seperti apa kelak yang akan dihasilkan.

Tapi, apakah pemimpin seperti ini masih ada atau tidak, hanya waktu yang akan membuktikan. Banyak pemimpin yang selama ini hadir dengan beragam kebohongan-kebohongan yang dibungkus rapi dengan pencitraan. Meski setelah dilantik terbongkar sepertinya tak masalah. Bagi yang telah terlanjur kuat, dengan mudah bisa mengubah fakta-fakta. Meski ada juga yang hancur lebur dan tak bisa bangkit lagi. Kebohongan telah memakannya hidup-hidup.

Pemimpin, baik itu Presiden, Gubernur, Bupati/Wali Kota dan lainnya adalah orang-orang yang medapatkan amanah dari rakyat. Mereka diharapkan adalah orang-orang yang dapat dipercaya rakyat untuk membantu mereka menjalankan hidup lebih baik. Kalau pemimpin malah menyusahkan mereka, maka pemimpin yang seperti itu harusnya tidak ada.

Karena amanah adalah sifat kedua nabi Muhammad yang berarti dapat dipercaya. Hendaklah mereka yang memberanikan diri maju menghadapi segala kontestasi ke depan, adalah orang-orang yang berkomitmen terhadap kebenaran, rakyat dan negara. Mereka yang bisa dipercaya rakyat, tidak akan bertindak melawan hukum dan merugikan rakyat.

Para pengkhianat baik itu yang terungkap atau yang masih menyamar (munafik) tidak layak rasanya maju ke panggung politik. Apalagi yang sudah pernah merasakan jeruji besi karena kejahatannya diketahui negara dan diadili. Mereka yang berstatus mantan napi korupsi dan sejenisnya, mungkin bukanlah orang-orang yang amanah.

Banyak lembaga dan aktivis yang mengkritisi para pejabat korup yang kembali maju dalam kontestasi di Indonesia. Sistem hukum yang tidak melarang mereka, membuat banyak yang kembali menduduki jabatan-jabatan penting. Meski telah kehilangan martabat dengan rompi orange atau merah, mereka tetap tersenyum dan yakin akan ‘comeback’ suatu saat nanti.

Menjadikan seorang yang amanah sebagai pemimpin menjadi kewajiban kita semua pada Pilpres dan Pileg. Kalau tidak, maka segala krisis, segala bencana, segala keburukan bisa saja terjadi di masa depan. Kalau pun terjadi dan kita tak punya pemimpin yang bisa dipercaya, maka legalitas negara ini akan tergadai kemana-mana. Indonesia itu benar yang akan redup dan hilang. Pekerjaan rumah (PR) yang sangat berat untuk kita semua.

Sifat ketiga adalah fathonah berarti orang yang pandai atau cerdas. Secara sepintas, kita banyak melihat pemimpin yang berlatar belakang pendidikan mentereng. Punya gelar yang sangat panjang, berkali-kali lipat dari nama aslinya. Tapi apakah yang sedemikian sudah dapat dinamakan fathonah, pastinya belum tentu juga. Yang dimaksud dengan fathonahnya Muhammad SAW bukan seperti itu.

Karena Nabi SAW bukan hanya pandai dalam duniawi saja, tapi segalanya. Kecerdasan akal, budi, sifat dan lainnya. Meski pandai dalam hal duniawi juga dianjurkan. Nabi sendiri pernah menyatakan dalam hadisnya, “Orang yang paling banyak dalam mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat (Riwayat At Tirmidzi).

Kecerdasan seperti itu sangatlah tinggi tingkatannya, mungkin lebih dari kata jenius. Seorang calon pemimpin yang terus mengingat kematian dan siap menghadapinya adalah pemimpin yang diharapkan bisa berlaku ‘sempurna’ dalam menjalankan roda pemerintahan atau amanahnya. Mereka yang pastinya akan adil dan sangat bisa diharapkan membawa sebuah lembaga yang dipimpinnya lebih baik.

Tidak hanya orang-orang yang pandai secara akademis dan sosial saja. Mereka yang kepandaiannya digunakan untuk memanipulasi kekuasaannya menjadi hal yang menguntungkan kepadanya dan koleganya saja. Kecerdasan yang tidak bisa diandalkan untuk mensejahterakan rakyatnya. Baik itu dalam posisi Presiden, sampai kepada pimpinan tingkat RT bahkan keluarga.

Terakhir, sifat keempat adalah tabligh yang artinya menyampaikan. Seorang calon pemimpin bukanlah orang yang hanya berdiam diri dengan apa yang terjadi. Mereka harus bisa memberikan pemahaman kepada yang dipimpinnya terkait dengan kebenaran dan kebaikan. Bukan pemimpin yang bungkam dengan derita rakyatnya, teriakan pilu masyarakatnya, teriakan kelaparan warganya.

Ada beberapa pemimpin yang juga bersifat menyampaikan tapi sangat memilih. Jika yang disampaikan itu kebaikan untuk masyarakatnya dan semua akan senang, maka dia yang akan tampil telebih dahulu. Namun kalau yang disampaikan itu akan pahit dan membuat rakyat bisa marah dan menderita, dia diam. Meminta yang lain menyampaikan dengan cara yang kadang tidak baik.

Pastinya, bukan pemimpin seperti itu yang kita inginkan tahun depan. Mereka yang begitu bijak tampil menyampaikan apa yang benar dan salah di depan semua adalah yang paling diinginkan. Nabi Muhammad sendiri dalam riwayat hadis Ahmad menyatakan, “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana orang yang melakukan kebaikan itu.” Jadi, kita memang harus memastikan mereka yang tampil dalam kontestasi besok adalah yang memiliki empat sifat nabi itu. Meski sulit, tapi pasti ada. Percayalah. (Wartawan Utama)