Gubernur, Bupati dan Wako ”Ditahan” Presiden Prabowo, Wakil Kepala Daerah Unjuk Gigi

Presiden RI Prabowo Subianto.

Oleh: Reviandi

Beberapa hari terakhir kita banyak disuguhi aksi dari para wakil Gubernur, Wakil Bupati dan Wakil Wali Kota (Wawako) di berbagai media, baik cetak, online dan media sosial. Tak jarang, wakil kepala daerah ini unjuk gigi di depan para kepala OPD dan ASN dalam apel, upacara, rapat dan sejumlah acara kedaerahan.

Itu dapat dimaklumi, karena Gubernur, Bupati dan Wako sedang “ditahan” oleh Presiden Prabowo dalam masa retreat di Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Yang diminta ikut kegiatan di bawah kendali Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) itu hanya kepala daerah, bukan wakil. Tentu membuat para wakil memegang peranan selama pejabat nomor satu belum datang.

Alasan negara adalah efisiensi, kalau keduanya ikut, anggaran yang dihabiskan cukup banyak. Sekitar 503 kepala daerah ikut dalam retreat itu, termasuk 51 dari PDI Perjuangan yang dilarang Ketum Megawati ikut. PDIP sendiri, pada Pilkada 2024 ini menempatkan 97 kadernya sebagai kepala daerah di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota.

Satu hal yang disiratkan Prabowo adalah, kepala daerah itu satu, bukan berdua. Wakil ya wakil, tugasnya menggantikan kalau kepala daerah berhalangan atau memang sedang ingin diwakilkan. Tidak ada lagi wakil yang merasa lebih jago atau hebat dari kepala daerah. Karena sejak awal sudah dijelaskan, retreat hanya untuk kepala daerah.

Terlepas dari peran kepala dan wakil, kita melihat bagaimana para wakil menjadi kepala daerah sementara dalam beberapa hari terakhir. Minimal sejak Senin (24/2/2025) saat memimpin upacara atau apel di awal pekan. Menjadi pembina upacara dan sejenisnya. Mereka unjuk gigi dengan kebolehan dalam public speaking atau memberikan arahan.

Ini juga memberikan gambaran kepada publik, utamanya ASN yang terlibat langsung, bagaimana kualitas wakil kepala daerah mereka. Tidak dipungkiri, begitu banyak wakil kepala daerah yang sebenarnya tidak punya kualitas, tapi punya faktor X dalam menentukan kemenangan Pilkada. Entah itu partai politik, jaringan, kekayaan, popularitas dan lainnya.

Tak heran, banyak wakil kepala daerah yang selama menjabat sampai lima tahun, tak dikenal publik. Bahkan saat Pilkada kembali berlangsung, dia tidak bisa maju sendiri. Harus kembali jadi wakil atau tidak maju sama sekali. Tidak punya nilai jual, ide, apalagi massa yang memastikannya bisa ‘naik kelas.’ Kembali jadi rakyat biasa kalau tak lagi dilirik incumbent berdampingan.

Tapi ada juga wakil yang begitu heroik bisa menantang bosnya dan memenangkan pertarungan. Tentu mereka yang cakap dan mendapatkan simpati  publik. Bukan yang hening sepanjang masa jabatan, lalu tiba-tiba berani menantang kepala daerah. Kalau itu ya cari mati sia-sia. Habis-habisan Pilkada sampai ke MK, tetap kalah juga.

Pemberitaan beberapa hari terakhir memperlihatkan bagaimana gencarnya para wakil menunjukkan diri bukan sekadar pendamping. Tapi juga punya kualitas yang sepadan dengan yang didampingi. Bukan sekadar pencari suara saat kontestasi Pilkada. Tapi, wakil yang baik tentu tak pula harus menonjol dan merasa lebih baik dari yang nomor satu.

Beberapa daerah juga menampilkan kepala daerah sedang melakukan rapat zoom dengan para pejabat daeran dan ASN, dihadiri wakil kepala daerah. Menunjukkan bagaimana kekompakan dan memastikan pejabat utama sedang berhalangan dan akan segera datang. Tentu pekan depan, setelah 28 Februari 2025, sang bintang akan datang dan mengambil panggung.

Nah, para wakil juga harus paham porsi dalam kepemimpinan. Jangan mentang-mentang Gubernur, Bupati dan Wako sedang tidak ada, lalu ambil alih kuasa penuh. Apalagi sampai mengumpulkan para rekanan, kontraktor dan petinggi partai di daerah pulak. Memastikan bagaimana ‘pembagian’ kekuasaan dalam proyek-proyek strategis.

Kalau begini, sudah dipastikan akan ruet. Sudah dijamin, pulang retreat, matahari akan ada dua. Pemimpin akan terbelah, apalagi banyak masukan buruk yang diterima saat pulang retreat. Bagusnya seiring selangkah saja. Jangan ada wakil yang merasa lebih paten pula dari yang nomor satu. Damai-samai saja. Biar rakyat sejahtera. Soal Pilkada mendantang, nanti pula dipikirkan. Kita mau puasa, Lebaran sudah dekat. (Wartawan Utama)